Ilmu Budaya Dasar
Makalah
Hakekat
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
NAMA : KUKUH PRASETYO
NPM
: 14111031
KLS : 1 KA 18
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah,
kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan
meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal
perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hakekat manusia sebagai makhluk budaya” ini sebagai tugas dari mata kuliah soft skill Ilmu Budaya Dasar tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk Andi Tenrisukki Tenriajeng selaku dosen pengampu mata kuliah soft skill Ilmu Budaya Dasar yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hakekat manusia sebagai makhluk budaya” ini sebagai tugas dari mata kuliah soft skill Ilmu Budaya Dasar tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk Andi Tenrisukki Tenriajeng selaku dosen pengampu mata kuliah soft skill Ilmu Budaya Dasar yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.
Jakarta,5 april 2012
Penyusun
I
DAFTAR ISI
Kata pengantar. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . I
Daftar isi. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .II
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III
1.1 LatarBelakang. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3 Tujuan Makalah. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . IV
2.1 Hakekat Manusia dan Budaya. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Perwujudan Kebudayaan. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3 Kaitan
Manusia dan Kebudayaan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.4 Manusia Sebagai
Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan . . . . . . . . . . . .
2.5 Manusia sebagai
mahluk budaya menurut islam.
. . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V
3.1 Simpulan. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
3.4 Referensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .
II
bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Kehidupan manusia sangatlah komplek,
begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan
tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.
Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang.
Manusia juga harus bersosialisasi
dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial.
Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan
ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga
norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar
norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di didik dengan berkesinambungan
dari “dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil dari pendidikan –yakni
kebudayaan– dapat diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan
haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi.
Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar
kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa
kualitas manusia pada suatu negara akan tinggi akan menghasilkan kebudayaan
yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a. apa hakikat manusia dan budaya ?
b. apa saja perwujudan dari kebudayaan
?
c. bagaimana hubungan manusia dengan
kebudayaan?
d. apakah
manusia sebagai pengguna dan pencipta kebudayaan?
e.bagaimana
pandangan islam mengenai manusia sebagai mahluk budaya?
1.3
Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai
pemenuhan tugas soft skill ilmu Budaya Dasar sekaligus sebagai literatur
tambahan bagi mahasiswa atau pembaca yang ingin menambah wawasan yang mencakup
manusia sebagai makhluk budaya.
III
Bab II
2.1
Hakekat manusia sebagai makhluk budaya
A. Manusia.
Dalam sudut
pandang etimologi banyak pendapat yang mengemukakan tentang kata manusia,
seperti kata manusia itu berasal dari kata manu (sangsekerta), mens (latin)
yang berarti berfikir, berakal budi atau mahluk yang berakal budi. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia manusia diartikan sebagai mahluk yang berakal budi.
Adapun manusia
dalam sudut pandang terminologi, kita bisa melihat dari berbagai macam bidang
keilmuan. Misalnya dalam kacamata biologi manusia diartikan sebagai spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di
mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau
makhluk hidup. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Dari pengertian
di atas dapat di simpulkan bahwa manusia adalah suatu mahluk yang meiliki ciri
tertentu dan memiliki keintelektualan yang tinggi dan membutuhkan kepada yang
lainnya. Yang lainnya di sini entah kepada tuhan atau kepada sesama mahluk.
B. Budaya.
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam
arti terminologi budaya adalah sebuah system yang memiliki
koherensi. Menurut E.B Taylor (1987) kebudayaan meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral hukum, adat istiadat, pembawaan lain yang di peroleh
dari anggota masyarakat yang terbentuk dari anggota masyarakat yang terbentuk
dari pemahaman suatu bangsa.
Menyadari bahwa
budaya atau kebudayaan merupakan istilah yang di terjemahkan berbeda-beda oleh
para ahli, saya hanya ingin mengatakan bahwa budaya adalah bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Hal ini untuk tidak memperuncing
permasalahan yang akan membuat tulisan ini tidak bisa selesai nantinya.
Setelah
kita mengetahui tentang manusia dan budaya, sekarang kita akan mulai
berbicara permasalahan inti, yakni manusia sebagai mahluk
berbudaya.
Manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi
karena selain mampunyai sebagaimanaa makhluk hidup di atas, manusia juga
mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang kompleks melalui
proses belajar yang terus-menerus. Selain itu manusia diktakan pula sebagai
makhluk budaya. Budaya diartikan sebagai pikiran atau akal budi .
Berdasarkan pengertian-pengertian
di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa budaya adalah sesuatu bagian
dari manusia tidak akan pernah terpisahkan, karena tabiat manusia itu sendiri
adalah berbudaya. Kenapa begitu? Jika kita melihat arti manusia secara bahasa,
yakni dari kata manu, memiliki arti berfikir, berakal budi. Dan
budaya sendiri dalam arti bahasa berarti akal atau budi. sehingga jika kita
menarik garis lurus antara arti kata manusia dan budaya, maka kita akan
mendapatkan dua kata kunci, yakni akal dan budi. hal ini menunjukkan
keterkaitan diantara keduanya
2.2 Perwujudan kebudayaan
JJ. Hogman dalam bukunya “The World of
Man” membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts.
Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar Antropologi” menggolongkan
wujud budaya menjadi:
a. Sebagai suatu kompleks dari
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktifitas
serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Berdasarkan penggolongan wujud budaya
di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu: Budaya yang bersifat
abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini
letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud dalam ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi
budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya
sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran
yang telah menjadi kesepakatan.
Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola
dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang
dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto.
Koencaraningrat menyebutkan sifat
budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku,
bahasa dan materi.
a. Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau
bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam
masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem
simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga
(auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah
pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi.
Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari
aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan,
kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi.
Unsur-unsur materi dalam budaya dapat
diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar adalah sebagai berikut:
1. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam
budaya.
2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur
terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan
trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa
kompleks budaya.
Gabungan dari beberapa aktivitas
budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture universal). Terjadinya
unsur-unsur budaya tersebut dapat melaluidiscovery (penemuan atau
usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).
2.3 Kaitan Manusia dan
Kebudayaan
Hubungan
antara manusia dan kebudayaan :
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
2.4 Manusia Sebagai
Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Budaya
tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan
segala isi yang ada di alam raya ini.Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan
dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan
secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu
manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan,
fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia
maka manusia bisa menciptakan kebudayaan.Ada hubungan dialektika antara manusia
dan kebudayaan.Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri
adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang
menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang
diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama
dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan
memiliki peran sebagai
1. Suatu hubungan pedoman
antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan
perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain
.3. Sebagai pembimbing kehidupan dan
penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang
bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam
Pergaulan.
6. Pengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya
jika berhubungan dengan orang lain
7. Sebagai modal
dasar pembangunan.
2.5 Manusia sebagai makhluk budaya menurut
islam
Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mengelola bumi. Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah,
sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah: 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu manusia
harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya
disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah
yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:
إنّما الأمم الأخلاق مابقيت فإنهمو ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya: “Kekalnya suatu bangsa ialah
selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”.
Akhlak dalam syair di
atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak suatu
bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan hancur
dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus
memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak
yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling
bersinergi, sebagaimana dilukiskan dalam bagan berikut:
Hommes mengemukakan
bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat
lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut.
Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya
masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena
perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat
asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh
masyarakat penerimanya.
Disinilah
peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan
yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama. Ajaran Islam yang demikian
telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan
dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan kebudayaan.
Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru
yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam sejarahnya telah
memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia. Ayat-ayat
Alquran memang banyak memberikan dorongan kepada umat manusia bagi pengembangan
kebudayaan. Motivasi yang diberikan Alquran dan
hadis nabi dalam hal pengembangan budaya dalam sejarah Islam terbukti telah
menghasilkan pretasi budaya yang luar biasa. Puncaknya sebagaimana terlihat
pada masa Abbasiah yang kemudian dikenal dengan kebudayaan Islam. Prestasi
demikian didukung oleh peran penguasa Islam (khalifah), yang memberikan
perhatian terhadap pengembangan budaya. Para ilmuwan sangat dilindungi,
diberikan perhatian yang istimewa oleh para penguasa tanpa memandang latar
belakang ilmuwan tersebut: apakah beragama Islam atau tidak, bangsa Arab atau
tidak. Tidak hanya itu, orang-orang yang kaya yang memiliki harta berlimpah
juga umumnya sangat menaruh perhatian yang cukup besar dalam hal pengembangan
budaya. Sebagian harta mereka digunakan untuk pengembangan budaya3 Dengan
kata lain segenap elemen masyarakat terlibat dan mendukung dalam hal
pengembangan ilmu dan budaya. Kondisi demikianlah yang menyebabkan umat Islam
berhasil menjadi bangsa yang besar bangsa yang memiliki prestasi luar biasa
dalam melahirkan budaya, yang dikenal dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini
sesungguhnya lahir dari kemampuan umat Islam dalam mengembangkan berbagai
budaya yang telah berkembang dan mapan pada masa sebelumnya, terutama
kebudayaan Romawi, dan Persia4.
Kebudayaan yang dikembangkan oleh umat Islam
tersebut meliputi berbagai bidang keilmuwan, seperti Medis, Astronomi, Fisika,
Matematika, arsitektur, dan ilmu-ilmu lain di samping ilmu agama.
Ilmuwan-ilmuwan yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu tersebut di antaranya
adalah Ibn Rusyd, Al-Farabi, Al-Kindi (Filosof), Ibn Sina (kedokteran),
Al-Mawardi (tata negara), Al-Biruni (Fisika), Al-Khawarizmi, Umar Khayyam
(matematika), dan lain-lain.
Kebudayaan Islam pada masa itu
dianggap sebagai yang spektakuler’ sungguh prestasi budaya yang sangat tinggi
di saat kebudayaan lain,khususnya Eropa masih dalam tahap kemunduran .
Akulturasi Islam dan Budaya di
Indonesia
Sejak awal perkembangannya, Islam di
Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang
banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan
agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua
hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan Islam
sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli
sering disebut dengan great tradition (tradisi besar),
sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little
tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi
local) atau jugaIslamicate, bidang-bidang yang “Islamik”, yang
dipengaruhi Islam5.
Dalam istilah
lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan
apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap
sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan
asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik.tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa
pengaruh budayanya7. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya
luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai
kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asliu; dan memilkiki
kemampuanmengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya8.
Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia,
ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam
sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi
lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan
kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan
mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi
budaya”, antara budaya local dan Islam.
Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acaraslametan (3,7,40,100,
dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh Hari).
Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di
Jawa. Wayangmerupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal
dari agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini,
melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di
dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain
di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam
taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan
budaya local.
Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat
dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu
tebal, bertiang saka, dan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri
arsitektur local. Sementara esensi Islam terletak pada “ruh” fungsi masjidnya.
Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan paduraksa sebagai ambang masuk
masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, “wajah asing” pun tampak sangat
jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan Tiamah
dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian
menara berbentuk mercu suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut9.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad
Banten,Banten kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri
dilengkapi dengan struktur-struktur yang mencirikan prototype kraton yang
bercorak Islam di Jawa, sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta.
Ibukota Kerajaan Banten dan Cirebon kemudian berperan sebagai pusat kegiatan
perdagangan internasional dengan ciri-ciri metropolitan di mana penduduk
kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga terdapat
perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan
kampung untuk orang Eropa seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.
Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan
perlakuan yang sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di
Banten misalnya telah memperlihatkan sikap toleransi yang besar kepada penganut
agama lain. Misalnya dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di sekitar
pemukiman Cina dan Eropa. Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal
penguasa Banten. Penghargaan atau perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan
latar belakang agama oleh penguasa dan masyarakat Banten terhadap umat beragama
lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di kawasan-kawasan lain di
nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di berbagai belahan
nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan
lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda keyakinan.
Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya
Sunda adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk10.. Dalam
seni beluk sering dibacakan jenis cirita (wawacan)
tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh.
Seringkali wawacan dari seni beluk ini
berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam
seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang
memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini
biasa disajikan pada acara-acara selamatan atau tasyakuran, misalnya
memperingati kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran), upacara selamatan syukuran
lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulanatau tingkeban),
khitanan, selesai panen padi dan peringatan hari-hari besar nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan:
- Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk yang berakal, berbudi, dan berbudaya
- Wujud budaya dapat bersifat
konkret yaitu sebagai ide, gagasan, norma dan peraturan bagi manusia dan
abstrak yaitu sebagai tinfakan, peraturan, dan aktivitas manusia.
- Kebudayaan merupakan hasil
cipta, karsa, rasa manusia yang diperoleh dari perkembangan manusia sebagai
masyarakat.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya
pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
ini untuk kedepannya.
3.3
referensi
Drs. Sujarwa,manusia dan fenomena budaya.
1999, pustaka pelajar glagah,Yogyakarta
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
vol. 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia#Kebudayaan_dan_peradaban
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar